Jasaview.id

Kritik adalah tugas




Dia adalah seorang insinyur berpengalaman, kepala proyek pengembangan perangkat lunak, dan sedang menyajikan hasil kerja timnya selama berbulan- bulan di hadapan wakil presiden untuk bidang pengembangan produk. Anak buahnya, yang telah menempuh hari- hari kerja yang melelahkan selama berminggu- minggu ikut mendampinginya, dengan bangga menyajikan buah karya mereka. Tetapi, sewaktu insinyur itu rampung menyelesaikan presentasinya, sang wakil presiden menatapnya dan bertanya dengan nada sarkatis, “Berapa lama kamu lulus dari perguruan tinggi? Spesifikasi ini tak bermutu. Saya takkan menyetujuinya.”

Insinyur tersebut, merasa amat malu dan patah semangat, duduk dengan wajah muram sepanjang sisa rapat, berdiam diri. Para anak buahnya dalam timnya mengajukan berbagai macam pernyataan… dan sebagian bernada memusuhi… untuk membela usaha mereka. Wakil presiden itu kemudian dipanggil keluar dan rapat itu terhenti mendadak, menyisakan kepahitan dan amarah.


Selama dua minggu berikutnya, insinyur itu terganggu oleh pernyataan si wakil presiden. Patah semangat dan depresi, ia yakin bahwa ia tak akan pernah mendapat tugas penting lainnya di perusahaan tersebut, dan berpikir untuk mengundurkan diri, meskipun ia menikmati pekerjaannya di situ.


Akhirnya, insinyur itu menghadap si wakil presiden, mengingatkannya tentang rapat dahulu itu, pernyataan- pernyataannya yang bernada mengkritik, dan efeknya yang mematahkan semangat. Kemudian, insinyur itu mengajukan pertanyaan yang disusunnya dengan hati- hati: “Saya sedikit bingung mengenai yang Bapak inginkan. Tampaknya Bapak bukan sekedar berusaha mempermalukan saya… apakah Bapak mempunyai sasaran yang lain?”


Wakil presiden itu terperanjat… ia tak tahu bahwa pernyataannya, yang dilontarkannya untuk main- main, telah begitu banyak merusak. Padahal, ia menganggap bahwa rencana perangkat lunak itu cukup menjanjikan, tetapi membutuhkan kerja lebih keras… ia tidak bermaksud meremehkannya sebagai hal yang tidak ada nilainya sama sekali. Menurutnya, ia sama sekali tak menyadari bahwa reaksinya sungguh menyakitkan, dan bahwa ia telah melukai perasaan banyak orang. Dan, meskipun terlambat, ia minta maaf.

-daniel goleman-

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Yuk kita semangat berbagi ! ... karena tak ada ruginya kita berbagi. Jangan terburu meninggalkan Blog saya ... silakan baca artikel yang saya posting dan jangan lupa berkomentar

0 comments: